Minggu, 25 Agustus 2013

Ginger

Namaku Ginger. Nenek memberiku nama itu karena warna rambutku yang seperti jahe. Sejak kecil aku tinggal dengan nenek di kota kecil ini. Aku punya orang tua. Kata nenek ayah dan ibuku

Fanfic: ANOTHER chapter 1: North Ansan Highschool





Tittle : ANOTHER (chap. 1 : North Ansan Highschool)
Author : Nur Fatma Rahmayani
Genre : Horror/Mistery and Violence
Cast : Cho Kyuhyun, Kim Kibum, Hwang Yoon Min (OC), Suster Byul ( Han Hye Byul), Kim ryeowook, Lee Sungmin, Lee Donghae, Park Jungsoo, Sung Yong Jin a.k.a Naira Puthry El Shinhye, Kim JiHyun a.k.a Marwah Rizki Rahmatiah, Cho Ahra (Kyuhyun's sister in real life), Kim Songsaenim ( Kim Jae Sook) and others
Desclaimer : FF ini adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Yukito Ayatsuji.
Notes: Di sini ceritanya Cho Ahra itu sepupu Kyuhyun yang berbeda 12 tahun dari Kyuhyun. Namanya juga FF, jadi maklum aja ya? ._.v

Prolog
 Setiap sekolah tidak jarang memiliki cerita misteri mereka sendiri. Begitu pula dengan SMA Ansan Utara yang terkenal akan rumor kutukan di kelas 12-3. 23 tahun yang lalu seorang siswa dari kelas itu dikabarkan meninggal dalam kecelakaan saat beberapa minggu sebelum acara kelulusan. Rumornya, siswa itu bernama Yoon Min. Semasa hidup ia dikenal sebagai siswa yang cerdas, supel, dan teladan. Semenjak kematiannya yang mendadak seluruh penghuni kelas 12-3 seolah kehilangan semangat dan dirundung duka yang dalam. Namun seorang siswa beranggapan bahwa Yoon Min belum mati. Ia menunjuk bangku Yoon Min dan berkata, "Yoon Min ada di sana. Dia masih hidup dan belajar bersama kita". Anggapan siswa itu ternyata diiyakan oleh siswa lain dan wali kelas mereka. Mereka belum rela kehilangan Yoon Min. Mereka berperilaku seakan  Yoon Min masih hidup. Bahkan saat upacara kelulusan kepala sekolah menyediakan bangku untuk Yoon Min. Kemudian hal aneh terjadi. Seluruh siswa kelas 12-3 berfoto dengan wali kelas mereka. Di dalam foto ada satu sosok yang seharusnya tidak ada. Sosok yang seharusnya sudah terkubur dalam peti. Ya. Di paling ujung, berdiri sosok Yoon Min tersenyum ganjal di samping teman sekelasnya. Sejak itulah fenomena kutukan terjadi di kelas 12-3. Setiap tahunnya, entah itu siswa, guru, atau bahkan keluarga dari anggota kelas 12-3 meninggal secara tragis.

Bab 1
_Ansan, Gyeonggi, Korea Selatan_
Sudah 3 hari aku dirawat di Rumah Sakit *** di Ansan. Suster Byul bilang besok aku dibolehkan untuk pulang. Yah. Seharusnya aku sudah memulai hari pertamaku di sekolah baruku kemarin. Tapi penyakitku mendadak kambuh dan harus diopname agar kondisi paru-paruku kembali membaik. Appa-ku bekerja di Indonesia untu satu tahun ini. Jadi aku harus pindah ke Ansan dan tinggal bersama halmeoni, haraboji, dan sepupuku, Ahra noona.
"Kyuhyun-ah, teman sekelasmu datang menjengukmu" kata halmeoni.
Ia mempersilahkan tiga orang remaja yang memakai seragam SMA Ansan Utara masuk ke ruangan. Dua diantaranya adalah perempuan, dan satunya lagi laki-laki berkacamata dengan rambut klimis dan rapih. Suasana di dalam ruangan terasa canggung sejenak. Kemudian si laki-laki berkacamata angkat bicara.
"Annyeonghaseyo. Namaku Kim Kibum. Kami bertiga adalah perwakilan dari kelas 12-3 di SMA Ansan Utara. Kedua temanku ini adalah Sung Yong Jin dan Kim Jihyun", jelasnya seraya menunjuk kedua gadis di sampingnya.
"Kami dengar kemarin seharusnya kau sudah mengikuti kelas, tapi tiba-tiba kau jatuh sakit. Jadi, sebagai perwakilan kelas kami memutuskan untuk menjengukmu." tutur Sung Yong Jin.
"Ini pemberian dari seluruh teman sekelas untukmu" ia menyodorkon sebuket bunga mawar putih dan sekeranjang buah kepadaku. Gadis itu tersenyum ramah dan saat berbicara suaranya terdengar lembut dan sopan. Kedatangan mereka benar-benar membuatku canggung.
"Kyuhyun-ssi pindah dari Seoul 'kan?" tanya Yong Jin.
"Ne"
"Apakah ini pertama kalinya Kyuhyun-ssi tinggal di Ansan?" tanyanya lagi.
"Eumm...Ne. Aku pernah ke sini sebelumnya bersama Appa. Tapi tidak pernah tinggal"
"Apa kau menetap dalam waktu yang lama?" kali ini Jihyun yang bertanya. Raut wajah dan nada bicaranya tampak tegas.
"Entahlah. Aku tidak begitu mengingatnya. Saat itu aku masih anak-anak, jadi..." Yya! Suasana ini benar-benar tidak enak dan canggung. Untuk apa pula Jihyun bertanya hal yang tidak penting seperti itu? Lagi pula aku tidak mengenalnya sama sekali.
"Kyuhyun-ssi! Aku sudah membuatkan salinan catatan selama kau tidak masuk" Kibum memberikan amplop besar cokelat berisikan beberapa lembar kertas catatan materi pelajaran.
"Oh..khamsahamnida. Mian aku sudah merepotkanmu. Besok aku sudah dibolehkan untuk bersekolah, untuk itu mohon kerja samanya ya"
Kibum tersenyum dan mengangguk kecil.
"Anu...Kyuhyun-ssi! Bolehkah aku memanggilmu Kyuhyun-ah?" Jihyun tersenyum ramah padaku.
"Oh? Silahkan". Ia menjulurkan tangannya kepadaku. Sikapnya benar-benar membuatku bingung.
" Bangapseumnida, Kyuhyun-ah" ia tersenyum lagi. Aku pun menyambut tangannya untuk berjabat tangan.
"Nado..Bangapseumnida…". Saat tangan kami bertemu, ekspresinya mendadak serius seolah menyadari sesuatu.
"Kyuhyun-ah. Kau yakin kau tidak pernah tinggal di Ansan sebelumnya?" ia mengernyitkan alis seraya menatapku tajam.
"Ne. Kurasa tidak." Lebih dari 50 detik Jihyun belum juga melepas tanganku. Tatapannya seperti ingin memastikan sesuatu yang ada hubungannya denganku.

___

Malamnya aku hendak mencari suster Byul di lantai bawah. Saat di dalam lift aku baru menyadari bahwa aku tidak sendirian. Ternyata ada seorang gadis berdiri tepat dibelakangku. Kulitnya sangat pucat dan berambut hitam sebahu. Ia memakai seragam yang sama dengan 3 orang tadi. Dan dia juga memakai penutup mata di mata kirinya. Tangan kanannya menggenggam sesuatu yang tampak seperti boneka. Boneka aneh berwarna putih dan berambut panjang.
“Apa kau siswi dari SMA Ansan Utara?” tanyaku. Ia hanya mengangguk kecil. Tampaknya gadis itu hendak ke lantai dasar 2.
“Apa kau ingin ke lantai B2? Bukankah tempat itu sudah tidak pernah digunakan lagi?” tanyaku heran.
“Aku ingin mengantarkan sesuatu. Kehidupanku yang menyedihkan lainnya…ada di sana…” nada berbicaranya datar dan hampir tak terdengar.
Pintu lift pun terbuka. Gadis itu berjalan perlahan. Langkahnya menggema di seluruh selasar.
“Hei..Kau!” Langkahnya berhenti sejenak.
“Namamu….siapa?” tanyaku.
“YoonMin. Hwang YoonMin” kemudian ia melangkah lagi dan hilang dalam kegelapan.
___

Hari pertama di sekolah, Wali Kelasku, Kim Songsaenim dan Ahra Noona mengantarkanku menuju ruang kelas 12-3.
“Jika kau memiliki kesulitan jangan sungkan untuk bicara kepadaku atau kepada Cho Songsaenim. Beliau adalah wakil wali kelas 12-3” jelas Kim Songsaenim.
Saat sampai di kelas, semua siswa tampak diam dan murung.
“Kyuhyun-ssi, silahkan perkenalkan dirimu di hadapan semuanya.” Ucap Ahra Noona.
“Annyeong haseyo. Namaku Cho Kyuhyun. Aku siswa pindahan dari Seoul. Bangapseumnida” akupun membungkuk sopan di hadapan mereka.
“Tolong berikan sambutan hangat kepada teman baru kalian. Kita harus saling membantu dan berjuang bersama-sama. Aku harap kalian semua dapat ikut serta hingga acara kelulusan nanti dalam keadaan sehat dan baik.” Ucap Kim Songsaenim datar.
“Kyuhyun-ssi, silahkan duduk di bangkumu.”
“Ne” aku berjalan menuju bangkuku sambil memperhatikan satu persatu siswa di kelas ini. Saat menggeser bangku, aku menyadari kalau gadis yang di lift kemarin ada di belakangku. Bangkunya berada di paling pojok.
____

Saat pelajaran olahraga aku terpaksa tidak ikut karena belum memiliki seragam. Selain aku, YongJin dan Kim Ryeowook juga tidak ikut. Kudengar Ryeowook memiliki riwayat penyakit jantung bawaan. Sementara YongJin tidak ikut karena kakinya terkilir. Beberapa saat kami mengobrol mengenai pengalamanku selama tinggal di Seoul. Kemudian tiba-tiba Ryeowook mengeluh sakit di dada kirinya. Ia pamit untuk beristirahat ke ruang kesehatan. Setelah Ryeowook pergi, aku teringat sesuatu yang sedari tadi membuatku penasaran.
“Anu…YongJin-ssi!”
“Ya?”
“Aku ingin tahu…Di mana…YoonMin-ssi?”
“Eh? Siapa?” wajah YongJin terlihat heran mendengar pertanyaanku.
“Gadis yang bernama Hwang Yoon Min. Kau tau…gadis yang memakai penutup mata di mata kirinya.” YongJin hanya menggeleng dan melihatku seolah aku berbicara ngawur. Tidak mungkin ia tidak mengenal teman sekelasnya sendiri ‘kan? Atau ia hanya berpura-pura tidak mengerti saja?
Langit pun berubah mendung. Tampaknya sebentar lagi akan turun hujan. Aku menengadah menatap langit. Lalu di sana. Di atap sekolah, tampak sosok gadis berdiri memegang sesuatu berwarna putih. Dia adalah Hwang YoonMin. Karena penasaran, aku segera menyusulnya naik ke atas.
Sesampainya di atap sekolah, aku melihat YoonMin tengah menggambar sesuatu. Rupanya benda putih tadi adalah buku sketsa. Aku pun berjalan menghampirinya.
“YoonMin-ssi. Kenapa kau tidak mengikuti kelas olahraga?” gadis itu masih asyik menggambar tanpa menjawabku.
“Apa tidak apa-apa kau berada di sini?” tanyaku lagi.
“Aku tidak peduli…Lagi pula mereka juga tidak pernah mempedulikanku.”jawabnya datar.
“Kau sendiri….”, ia menoleh menatapku. “Apa tidak apa-apa kau ada di sini?” tanyanya.
“Entahlah…” “YoonMin-ssi! Kemarin saat di rumah sakit, apa yang kau lakukan di lantai dasar dua? Kau bilang ingin mengantarkan sesuatu ‘kan? Sepertinya kau memegang sesuatu seperti boneka putih. Apakah boneka itu yang ingin kau antarka—“
“Aku benci jika orang terlalu banyak bertanya padaku.” Tukasnya datar.
“A..Mianhae. Hanya saja—“ YoonMin kembali melanjutkan menggambar di buku sketsanya.
“Kemarin…sesuatu yang sangat menyedihkan terjadi…” ia menoleh kepadaku lagi.
“Kau…Cho Kyuhyun ‘kan?”
“Ne”
“Apa teman kelasmu tidak memberitahukanmu?”ia memejamkan matanya sejenak.
“Memberitahuku apa?” ia menoleh lagi.
“Kematian yang kejam dan menyakitkan telah merenggut sekolah ini. Sekolah ini telah dekat dengan kematian. Khususnya kelas 12-3. “
“Dekat…dengan kematian?”
“Kau benar-benar tidak mengetahui apapun ya, Kyuhyun-ssi? Bahkan tidak ada satupun ada yang memberitahumu?” ia tersenyum sekilas.
“Tentang apa?”
“Kau…seharusnya jangan pernah mencoba mendekatiku. Kau seharusnya tidak berbicara denganku lagi. Kau…akan membahayakan semua orang. Sebaiknya kau berhati-hati. Sepertinya  kutukan itu akan segera dimulai. Mereka akan mengira kaulah…yang...membawa mereka…ke kematian” Kalimat terakhir itu benar-benar membuatku kaget dan bingung.
YoonMin lalu berjalan perlahan menuju pintu keluar.
“Annyeong, Cho-Kyu-Hyun-ssi…” kemudian ia menghilang lagi dalam kegelapan.
Apa maksud semua perkataan gadis itu? Mengapa tidak ada yang memberitahuku tentang apapun? Dan…kenapa aku tidak boleh berbicara dengannya? Kutukan? Kematian? Aku sungguh tidak mengerti setiap kalimat yang dia ucapkan barusan.
___
Saat istirahat aku, Lee Sungmin ,dan Lee Donghae mengobrol di koridor sekolah. Di depan perpustakaan aku melihat Hwang YoonMin dengan buku sketsanya. Mengingat perkataannya kemarin yang membuatku penasaran, aku pun menghampirinya.
“Aku permisi dulu”
Tampaknya Sungmin dan Donghae menyadari siapa orang yang ada di dalam perpustakaan. Entah kenapa keduanya langsung panik.
“Oh! Itu ‘kan—“
“Oy, Kyuhyun-ssi! Tunggu! Kau tidak boleh—“ Seru Donghae. Sayangnya aku tidak menghiraukannya dan menutup pintu tepat di depan wajahnya.
“Annyeonghaseyo, YoonMin-ssi” sapaku ramah. YoonMin hanya menatapku sekilas lalu melanjutkan menggambar sketsanya.
“Kau…Apa kau yakin?”
“Tentang apa?”
“Bukankah mereka berdua mencoba menghentikanmu?” kali ini matanya tertuju pada pintu perpustakaan.
“Oh..aku tidak peduli.”
Bel tanda masuk pun berbunyi.
“Hei, kau. Sudah saatnya untuk kembali ke kelasmu.” Seorang pria melangkah menghampiri kami. Rambutnya sedikit beruban dan pakaiannya agak berantakan. Ia mengernyitkan alis saat menatapku.
“Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.” Ia membenarkan posisi kacamatanya.
“Saya Cho Kyuhyun dari kelas 12-3. Saya baru saja pindah kesini kemarin”
“Aku Park Jungsoo. Pustakawan di sekolah ini. Kau boleh datang dan meminjam buku kapanpun di sini. Tapi sekarang kau harus kembali ke kelasmu.”
___

Malamnya aku berniat mengunjungi Suster Byul. Mungkin saja ia mengetahui beberapa hal tentang misteri SMA Ansan Utara. Untungnya malam ini Suster Byul ada shift malam. Ah! Rupanya ia masih bekerja. Aku melihatnya tengah menulis sesuatu di ruang administrasi.
“Annyeong hashimnikka, Suster Byul” ia tampak agak kaget melihatku di balik etalase.
“Oh! Kyuhyun-ssi! Ada apa malam-malam begini ke rumah sakit?” Ia buru-buru membereskan berkas-berkas yang ada di mejanya.
“Mianhae. Aku mengganggumu saat bekerja.”
“Gwenchanayo. Lagi pula aku sudah bosan dari tadi hanya menulis dokumen-dokumen itu.” Suster Byul meletakkan dua gelas kopi hangat di meja.
“Jadi…ada apa? Kyuhyun-ssi?” tanyanya.
“Ada…yang ingin kutanyakan… Saat hari terakhir aku di rawat di sini, apakah ada gadis yang meninggal?”
“Oh..Senin kemarin maksudmu? Ada apa?”
“Ani~ hanya saja ada yang membuatku penasaran.” Ucapku.
“Hm…pasien yang meninggal ya? Entahlah. Aku tidak begitu tahu, Kyuhyun-ssi” ia menggaruk-garuk dagunya seraya berpikir.
“Begitu ya? Lalu..apakah kau melihat seorang gadis berseragam SMA Ansan Utara pada hari itu? Iya memiliki rambut hitam sebahu dan memakai penutup mata di mata kirinya.” Suster Byul menyeruput kopinya sedikit.
“Penutup mata? Pasien penyakit mata ya? Eum..Tunggu sebentar! Kurasa….ada!”
“Jinjja?”
“Aku tidak begitu yakin, tapi…pasien yang meninggal. Mungkin ada. Rekan kerjaku bilang ada pasien muda yang meninggal pada hari itu” aku mengerjap mendengar perkataan Suster Byul. Mungkinkah pasien yang dimaksud itu…YoonMin?
“Lalu… siapa namanya?” tanyaku makin penasaran. Mendadak raut wajah Suster Byul menjadi siaga. Ia memastikan di sekitar kami tidak ada orang lain selain kami berdua. Kemudian ia mendekat dan merendahkan suaranya seperti berbisik.
“Ingin kucarikan informasinya?”
“Apa… boleh?” tanyaku kaget.
“Kalo cuma soal itu aku bisa. Lagi pula Kyuhyun-ssi pasti punya alasan yang baik untuk mengetahuinya ‘kan? Jika aku berhasil menemukan sesuatu aku akan langsung menghubungimu” ia tersenyum ramah seperti biasanya. “Tapi…sebagai balasannya kau harus memberitahukanku alasannya suatu saat nanti. Arrachi? Pemuda Penasaran?”
“Ne. Tentu saja. Jeongmal gomawoyo, suster Byul-ssi”
___

Setelah pelajaran sastra selesai, Sungmin mengajakku untuk pulang bersama. Namun saat kami hendak meninggalkan kelas, Kibum memanggilku. Di sampingnya juga ada Jihyun dan YongJin.
“Kyuhyun-ssi! Bisa bicara sebentar?”
“Ada apa?”
“Aku ingin tahu riwayat hidupmu sebelum kau pindah ke Ansan.” Jawab jihyun.
“Eh? Untuk apa?”
“Sebagai ketua pendataan siswa, aku bertugas mencari tahu latar belakang setiap siswa di kelas kita. Itu semua diharuskan demi melindungi kita semua.”
“Melindungi?” aku mengedikkan kepala tidak mengerti.
“Kyuhyun-ssi, ada hal yang seharusnya kami beritahu padamu sejak awal,” ucapnya lagi.
“Tentang apa?”, belum sempat Jihyun menjawabku, tiba-tiba YongJin dan Sungmin menyelanya. “Jihyun-ssi. Tunggu~”
“Sebenarnya Kyuhyun-ssi sudah terlanjur berbicara dengan “anak itu” “bisik Sungmin. Kurasa mereka sedang membicarakan YoonMin. Jihyun terlihat sangat marah mendengar ucapan mereka berdua yang entah itu tentang apa.
“APA?! Astaga baru sehari saja aku tidak masuk, semua ini sudah terjadi!”
“Trrrttt…”ponselku bergetar. Rupanya dari suster Byul.
“Kalau begitu aku pulang duluan ne. Annyeong”. Aku meninggalkan mereka bertiga seraya memencet tombol penerima panggilan di ponselku.
“Yeoboseyo, Suster Byul? Ada apa?”
“Ah! Kyuhyun-ssi! Tentang kau minta kemarin. Aku sudah menemukannya. Temanku bilang gadis yang meninggal itu adalah….siswa SMA. “ Dalam benakku terlintas sosok YoonMin. Benarkah gadis yang dibicarakan Suster Byul adalah dia? Suster Byul terus berceita tentang segala hal yang berhasil diketahuinya.
“Sepertinya dia adalah putri tunggal dan keluarganya pun sangat terpukul.”lanjutnya.
“Nn..namanya…siapa?” jantungku semakin berdebar kencang menanyakan itu.
“Aku  tidak begitu yakin…Tapi, kurasa namanya adalah zkrgrskk…grzskkkk…YoonMin zkgrskkk… atau YoonJin…Aku mendengarnya dari…. zkkkkkrgrsskkkk…rekan kerjaku. Tapi-- Tut..tut…tut…” aku tidak mendengar begitu jelas tapi…Suster Byul barusan menyebut nama YoonMin . Tidak Mungkin! Berarti YoonMin selama ini--- Argh! Mustahil! Suster Byul bilang dia belum begitu yakin ‘kan? Ya. Belum tentu itu YoonMin yang kukenal!
 ___

Hari ini turun hujan. Aku tidak membawa payung, jadi aku terpaksa menunggu di dalam kelas sampai hujan reda. Saat memperhatikan butir hujan di kaca jendela, aku teringat dengan YoonMin. Dia pernah bilang bahwa dia menyukai hujan sebelum musim dingin. Seperti biasa, ia membolos lagi di pelajaran terakhir.
“Kyuhyun-ssi? Apa kau tidak membawa payung?” tanya YongJin membuyarkan lamunanku.
“Eh? N..ne. Kukira hari ini tidak akan hujan.”
“Eng..apa kau..mau pulang bersamaku?” tampak ada semburat merah muncul di pipi YongJin.
“Tapi..aku merasa tidak enak denganmu” YongJin pun tersenyum ramah.
“Tidak perlu sungkan. Ayo, kita pulang”
“Anu..YongJin-ssi!”
“Ya?”
“YoonMin-ssi itu…gadis seperti apa?” Raut wajah YongJin mendadak murung.
“Jangan…”bisiknya
“Jangan pernah menyebut nama itu di kelas 12-3!” nada bicaranya berubah panik. Tiba-tiba Donghae berjalan melewati kamu dengan langkah malas. Ia juga bersama dengan Kibum.
“Ah…hujan lagi ya? Merepotkan saja. Aku tidak suka jika jaketku jadi basah” keluhnya.
“Oh, YongJin-ah? Kau belum pulang?” tanya Kibum. Ia melirikku sekilas. Wajahnya terlihat sinis dan tidak senang kepadaku.
“Kyuhyun-ssi. Apa yang kau lakukan di sini bersama yeojachingu-nya Kibum?” tanya Donghae tersenyum jahil.
“Y..yeojachingu!?” gumamku bingung. “Ah..aniya! Mianhae, Kibum-ssi! YongJin-ssi hanya menawarkanku pulang bersama karena aku tidak membawa payung!” tukasku panik. Kibum masih terlihat sedikit kesal.
“Sudahlah! Kita harus bergegas pulang sebelum hujannya semakin deras” ia menyodorkan payungnya kepadaku. “Pinjam punyaku saja dulu. Kau bisa mengembalikannya besok!” Ia lalu menggandeng tangan YongJin.
“Tunggu!” ketiganya serempak menoleh ke arahku. “Apa kalian tahu soal kejadian yang menimpa kelas 12-3 23 tahun yang lalu?” Sontak mereka mengerjap kaget mendengar pertanyaanku. Donghae menghampiriku lalu menggenggam agak kasar kerah kemejaku.
“Dari mana kau mendengar hal itu?!”
“Itu…aku hanya mendengar rumornya.” Ia melepaskan genggamannya.
“Seberapa banyak kau mengetahuinya?” tanya Kibum datar.
“Siswi popular yang tiba-tiba meninggal lalu ia muncul di foto kelas saat kelulusan. Itu saja”
“Kyuhyun-ssi juga tadi menanyakan soal ‘anak itu’” ucap YongJin murung.
Donghae dan Kibum tampak terlihat marah lagi. Namun Donghae menghela nafas dalam lalu menatapku tajam. “Dengarkan aku, Kyuhyun-ssi! Kau seharusnya tidak boleh berurusan dengan ‘sesuatu yang tidak ada keberadaannya’! Itu akan membahayakan kita semua! Mengerti?”
“Apa…maksudmu?” aku mengedikkan kepala bingung. “Sesuatu..yang..tidak ada..keberadaanya?” gumamku lagi.
“Kyuhyun-ssi! Aku berjanji akan memberitahumu semuanya bulan depan! Tidak saat ini! Kita harus memastikan rencana Jihyun-ssi berjalan lancar agar tidak ada yang terkena bahaya!” jelasnya lagi semakin membuatku bingung.
“Bahaya?”
___

Hari ini ada test Sastra dari Kim Songsaenim. YoonMin juga tampak hadir mengikuti test, tapi ia sudah selesai 20 menit yang lalu. Setelahh mengecek semua jawabanku, aku memutuskan untuk mencarinya. Aku menemukannya tengah berdiri termenung di koridor.
“Sepertinya test tadi mudah bagimu” aku ikut berdiri di sampingnya dan memandangi lapangan sekolah yang sepi dari jendela. YoonMin hanya terdiam memperhatikan tetesan hujan yang jatuh di luar.
“YoonMin-ssi. Sebenarnya ada yang sudah lama ingin kutanyakan …Sesuatu yang sangat ingin kuketahu sejak pindah ke sekolah ini…Kenapa..semua orang di kelas kita…bahkan para guru bersikap seolah kau—“
“Karena aku tidak ada.” Sela YoonMin membuatku tertegun.Aku teringat dengan perkataan Suster Byul yang menyebut gadis meninggal itu bernama YoonMin. Juga peringatan yang diucapkan Donghae kemarin. Mataku mengerjap tidak percaya.
“Itu…mustahil—“gumamku sanksi.
“Tidak ada yang bisa melihatku” YoonMin menoleh padaku pelan.
“Sepertinya yang bisa melihatku..hanya kau…Kyuhyun-ssi…” Aku menolak mempercayai perkataannya. Mustahil hanya aku yang bisa melihatnya.
“Jangan bilang kau—“
“TAP TAP TAP TAP!” mendadak  Joon Songsaenim  berlari menaiki tangga di belakang kami. Ia terburu-buru memasuki ruang kelas 12-3. Lalu aku melihat YongJin-ssi datang menghampirinya. Ia terlihat kaget saat mendengar yang diucapkan Joon songsaenim. Tergesa-gesa ia menyambar payungnya lalu berlari hendak menuruni tangga di belakang kami. Namun ia berhenti saat terperangah melihat aku dan YoonMin ada di depannya. Ia tampak takut saat melihat YoonMin. Ia memutuskan untuk melewati tangga yang lebih jauh dari kelas untuk menghindari bertemu denganku dan YoonMin. Saat kakinya hendak menuruni anak tangga pertama, tumitnya terpeleset dan ia kehilangan keseimbangan. Payungnya terlepas dan mengayun ke atas. Ia terjatuh terguling di sepanjang anak tangga. Kepalanya terbentur di anak tangga ke-tujuh, kemudian lututnya juga terbentur hingga saat hendak mencapai anak tangga terakhir posisi lehernya berdekatan tepat dengan ujung payungnya yang runcing. Matanya membelalak tak bisa menghindar, lalu…
“BRUAKK!” terdengar suara tulang yang patah.
Aku dan Joon songsaenim berlari memastikan asal suara sesuatu yang terjatuh di tangga paling barat. Saat sampai, di dasar tangga kami melihat pemandangan yang sangat mengerikan. Tubuh YongJin bersimbah darah dengan payung putih terbuka lebar tertindih olehnya.  Lehernya tertusuk ujung payung hinyga tembus ke tengkuknya. Darah merah segar  terus mengucur deras menutupi hampir seluruh permukaan payung itu. Bisa kulihat tangan YongJin menggelepar kaku selagi meregang nyawa. Dan suaranya yang agak terisak seperti tercekik merasakan benda keras yang menerobos tenggorokannya. Sangat mengerikan hingga aku sendiri merasa sesak untuk bernafas. Aku berusaha mengatur nafas agar penyakitku tidak kambuh karena kaget melihat hal ini.
“SESEORANG! PANGGIL AMBULANCE!” teriak Joon songsaenim seraya memeriksa denyut di lengan YongJin.
Seisi kelas yang tadi tangah ujian pun bermunculan di sekitar kami. Beberapa siswi berteriak histeris saat melihat tubuh YongJin yang sudah kaku di dasar tangga. Kibum berdiri tepat dibelakangku. Wajahnya terlihat sangat kaget dan sekujur tubuhnya bergetar melihat jasad gadis itu.
“Kutukannya….benar-benar…sudah dimulai….”Gumam YoonMin di sebelahku.
Inikah yang dimaksud kutukan kelas 12-3 itu? Inikah maksud perkataan YoonMin bahwa kelas 12-3 akan selalu dekat dengan kematian?

__To Be Continued__

Akhirnya chapter 1 rampung! :D Nah…bagaimana? Apa horrornya dapat? Misteriusnya dapat? Scene sadisticnya dapat? Atau malah kalian kebingungan dengan alurnya? Hehe maklum saja. Saya masih amatiran dalam menulis :3 uhm..padahal ini sudah dipersingkat, tapi sepertinya tetap kepanjangan ya? :/ Sebenarnya ini aslinya saya tulis sesuai dengan cerita di episode 1 sampai episode 3 lho,, ,jadi aslinya lebih panjang dari ini -,-v
Untuk  Naira saeng, jeongmal mianhae ne…kamu eon jadiin karakter yang pertama tewas secara mengenaskan.
yah..sekian chapter 1nya! Mohon maaf kalo ffnya gaje, membosankan, dan ancur T.T
Kalo ada respon bagus, pasti dilanjutkan ke chapter 2. Tapi kalo gak ada yang suka…yah..berakhir sampai di sini aja T^T. Saran dan komentar kalian benar-benar saya harapkan m(_ _)m
Terima kasih banyak sudah menyempatkan dwaktu untuk membaca ff ini ^^